Nusa Penida dikenal dengan pesona bawah lautnya yang memukau. Salah satu yang menjadikan Nusa Penida tempat yang banyak dikunjungi wisatawan adalah karena keindahan terumbu karangnya. Tetapi jika semakin sering dikunjungi bukankah semakin rentan mengalami kerusakan?
Beberapa peneliti melakukan penelitian dari tahun 2011 – 2018 untuk mengetahui bagaimana kondisi terumbu karang di daerah Crystal Bay, Nusa Penida. Lokasi ini terletak di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 24/2014 dan Peraturan Bupati Klungkung Nomor 12/2010 Crystal Bay telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan merupakan program monitoring MRAP (Marine Rapid Assesment Program) yang bekerjasama dengan Balai Riset dan Observasi Laut, Universitas, LSM dan organisasi pecinta lingkungan lainnya. Dari laporan MRAP selama periode 2011 sampai dengan 2018, dengan metode sensus visual menggunakan kamera bawah air, kondisi terumbu karang di Nusa Penida, khususnya Crystal Bay berada dalam kategori sehat, dimana karang mampu beradaptasi dengan baik.
Berdasarkan data alat pengukur suhu (temperature logger) yang diletakkan di salah satu karang dari jenis Acropora sp pada kedalaman 8 meter di titik penyelaman Crystal Bay sejak tahun 2011-2018, rata-rata suhu berkisar 21,19ohingga 29,78oC. Data ini menunjukkan temperatur berada dalam kondisi yang signifikan normal, dimana ekosistem terumbu karang dapat hidup dan tumbuh dengan sehat pada kondisi tersebut.
Ada hal menarik yaitu ketika melakukan monitoring pada 9 Mei 2018 karang Acropora sp tempat alat temperature logger diletakkan, saat ini kondisinya hampir 80% didominasi oleh karang lunak (Octocorallia) dari jenis Xenia sp. Sisanya, sekitar 20% dari Acropora sp itu juga telah diinvasi oleh karang dari jenis Montipora sp. Juga dapat dijumpai beberapa koloni karang mati yang ditutupi oleh Cyanobacteria yang mengindikasikan bahwa karang telah terkena penyakit.
Kasus seperti ini pernah dijumpai di Britomart Reef, wilayah tengah Great Barrier Reef, Australia oleh Sammarco et al pada tahun 1985. Di lokasi itu, secara signifikan karang lunak tumbuh dan berkembang pada karang Scleractinia yang mati akibat kompetisi. Hal ini serupa dengan kondisi karang Acropora sp yang dijumpai di perairan Crystal Bay saat ini.
Penelitian lebih lanjut pun diperlukan untuk mengkaji apakah diperlukan pembuatan terumbu buatan di area ini. Monitoring lebih lanjut juga diperlukan untuk mengetahui apakah jenis Acropora sp dapat pulih kembali (resilience) atau dinyatakan secara total telah mati.
Sumber : https://www.mongabay.co.id/2018/06/11/bagaimana-kesehatan-terumbu-karang-yang-ada-di-perairan-nusa-penida-bali/