Hai Mariners! Hari ini kita akan membahas tentang salinitas. Definisi tentang salinitas pertama kali dikemukakan oleh C. Forch; M. Knudsen dan S.Px. Sorensen tahun 1902. Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang terlarut dalam 1 kilogram air laut jikalau semua brom dan yodium digantikan dengan khlor dalam jumlah yang setara; semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan semua zat organik dioksidasikan (Arief, 1984). Salinitas merupakan salah satu faktor oseanografi yang mudah diukur tetapi berperan penting dalam proses-proses fisika, kimia, maupun biologi di laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebih tinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat (limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu (Aziz, 1994). Sebaran horizontal salinitas dipengaruhi oleh pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan air sungai. Pengaruh air sungai membuat variasi salinitas di perairan pantai lebih besar dibandingkan perairan laut lepas. Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman tetapi perubahannya tidak linear. Salinitas yang lebih tinggi, umumnya berada pada lapisan dalam (Kalangi, 2013). Menurut Wyrtki, 1961 masuknya massa air bersalinitas tinggi dari Samudera Pasifik ke perairan Indonesia, menyebabkan sebaran salinitas permukaan di perairan Indonesia meningkat dari barat ke timur dan berkisar antara 30 – 35 PSU.
Metode Pengukuran Salinitas Air Laut
Menurut Arief (1984), penentuan nilai salinitas air laut dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik yang berdasarkan metode kimia maupun metode fisika. Diantaranya yang umum dilakukan adalah :
- Metode titrasi khlor
- Metode berat jenis
- Metode pembiasan cahaya
- Metode daya hantar listrik
Untuk mencapai ketelitian yang tinggi diperlukan sistem alat ukur yang sangat peka. Alat ukur ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
- Alat ukur yang langsung mengukur nilai salinitas ketika alat tersebut dicelupkan ke dalam air. Umumnya di samping mengukur salinitas, alat ini mengukur pula suhu air laut dan kedalaman pengukuran atau sejumlah besaran lainnya seperti pH, kadar oksigen terlarut, kejernihan air dan kecepatan suara di air tergantung dari tipe alat ukurnya. Alat ukur yang termasuk dalam kelompok ini misalnya STD meter (Salinity, Temperature, Depth meter), salithermograph (hanya mengukur saiinitas dan suhu air) dan jenis “water quality checker” seperti Horiba.
- Alat ukur yang memerlukan contoh air laut. Alat ukur ini disebut “salinometer”, dan pada umumnya salinometer mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur kelompok pertama.
Grafik :
Sebaran Horizontal Salinitas Bulan Mei di Laut Sulawesi Tahun 2015
Sebaran Vertikal Salinitas Tahun 2014 di Perairan Aceh
Sumber :
Arief, Dharma. 1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu Kelautan. Oseana. 9(1) : 3-10
Aziz, Aznam. 1994. Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Ekhinodermata. Oseana. 19(2) : 23 – 32
Kalangi, et al. 2013. Sebaran Suhu dan Salinitas di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 9(2) : 71-75
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asian Water. NAGA Report Vol 2. Scripps Inst. Oceanography. The University of California. La Jolla, California