![](https://himakelunsoed.com/wp-content/uploads/2019/10/lamun.jpg)
Halo Mariners! Kalian tentu tahu kalau iklim disebabkan karena meningkatnya kandungan Gas Rumah Kaca (GRK) dan partikel di atmosfer. Nah, emisi GRK yang berupa karbon dioksida (CO2), klorofluorokarbon (CFC), ozon (O3), dinitro oksida (N2O), metana (CH4), heksafluorida (SF6), hidrofluorokarbon (HFCS), perfluorokarbon (PFCS) telah menyebabkan bumi semakin menjadi panas karena tersekap oleh kondisi yang dimunculkan oleh emisi gas yang diproduksi dari kegiatan industri, transportasi dan aktivitas manusia lainnya yang mempergunakan sumber energi fosil (batu bara, gas dan minyak bumi) (brown carbon), partikel debu (black carbon) serta berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap karbon akibat deforestasi (green carbon) (Pranowo et al., 2011). Wah mengkhawatirkan sekali kan kondisi bumi kita?
Salah satu cara untuk menyerap karbon-karbon tersebut adalah melalui peran dari tumbuh-tumbuhan. Selain dari tumbuh-tumbuhan di daratan, kalian tau gak kalau ada tumbuhan laut yang juga berperan besar dalam penyerapan karbon? Siapakah diaa? Yupp!!! Betul! Lamun.
Lamun merupakan salah satu tumbuhan laut yang berkontribusi terhadap penyerapan karbon melalui proses fotosintesis yang kemudian disimpan dalam bentuk biomassa pada bagian daun, rhizoma dan akar (Kusmana et al., 1992). Karbon yang diserap melalui proses fotosintesis berasal dari atmosfer yang kemudian terlarut di laut dan disimpan dalam bentuk DIC (Dissolved Inorganic Carbon) (UNEP, 2009). Padang lamun dapat menyimpan sebanyak 83.000 metrik ton karbon dalam setiap kilometer persegi dan mengendapkannya dalam jaringan bagian lamun atau sedimen dalam waktu yang cukup lama, sehingga keberadaan lamun di bumi sangat diperlukan sebagai jasa dalam penyerapan karbon (Fourqurean et al., 2012). Dengan demikian, padang lamun dapat berperan sebagai reservoir karbon di lautan (carbon sink) atau dikenal dengan istilah karbon biru (blue carbon) (Kennedy dan Bjork, 2009).
Keren kan? Walaupun kecil bentuknya, ternyata begitu besar pengaruh lamun bagi bagi penyerapan polusi. Untuk itu, kita harus memperhatikan agar keberadaan lamun tetap lestari. Selain menyimpan potensi sebagai blue carbon, lamun juga berperan besar sebagai daerah asuhan, mencari makan dan pemijahan bagi biota yang ada di pesisir dan laut. Untuk itu, diperlukan regulasi dan aksi yang melindungi keberadaan lamun, seperti perlunya transplantasi, penanaman lamun dan peraturan yang melarang melakukan pengerukan di daerah ekosistem lamun serta adanya kompensasi penanaman kembali jika sudah terjadi. Selain itu pembentukan zonasi daerah perlindungan laut dengan area tertentu dapat dijadikan suatu regulasi yang baik di daerah yang memiliki tiga atau salah satu dari ekosistem utama di pesisir, yaitu ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun. Menarik bukan Mariners peran dari lamun ini? Kalau begitu, yuk kita sama-sama jaga keberadaannya untuk keberlangsungan hidup kita di bumi!
Sumber :
Kennedy, H and M. Bjork. 2009. Seagrasses Meadows, In: Laffoley, D. d’A dan Grimsditch, G. (eds). 2009. The Management of Natural Coastal Carbon Sinks. IUCN. Gland.
Kusmana, C., S. Sabiham., K. Abe and H. Watanabe. 1992. An Estimation of Above Ground Tree Biomass of A Mangrove Forest in East Sumatra. Tropics 1(4): 143- 257. DOI: 10.3759/tropics.1.243
Pranowo, W. S., N. S. Adi., A. Rustam., T. L. Kepel., B. A. Subki., T. R. Adi dan S. Wirasantosa. 2011. Rencana Strategis Riset Karbon Laut di Indonesia Edisi II – Tahun 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta �ĸ��<��