SIC Episode 12 : Si Pemakan Polip Karang yang Menjadi Obat

PBB telah menetapkan 17 poin Tujuan Pembangunan Keberlanjutan Dunia yang dikenal dengan nama Suistainable Development Goals (SDGs). Salah satu tujuan SDGs yang harus dicapai adalah untuk kehidupan sehat dan sejahtera. Salah satu isu kesehatan yang sangat penting untuk ditindaklanjuti yaitu tentang pentingnya menjaga kekebalan tubuh manusia. Seperti yang kita ketahui, Mariners.. akhir-akhir ini banyak sekali penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (autoimun), penyakit ini terjadi akibat gagalnya sistem pertahanan tubuh dalam mengenali tubuh sendiri. Banyaknya ragam penyakit autoimun yang terdapat di dunia ini, salah satunya adalah penyakit lupus. Hal ini mendorong peneliti untuk mulai menunjukkan perhatian pada penemuan obat-obatan, salah satunya adalah obat yang berasal dari biota laut. seperti yang kita tahu teman-teman, fungsi laut adalah sebagai sumber obat, dan salah satu senyawa bioaktif dari biota laut yang ternyata memiliki potensi untuk obat adalah Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci). Senyawa ini diperoleh melalui beberapa tahapan, diantaranya koleksi sampel, ekstraksi, fraksinasi, dan melakukan uji coba ke sel limfosit tikus. Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci) berpotensi utnuk menjadi immunomodulator karena memiliki aktifitas limfosit proliferasi. Senyawa imunomodulator yang ditemukan dalam Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci) adalah senyawa asam lemak yang berupa metil asam arakidonat, asam eikosapentaenoat dan 9-asam docosahexaneoic. Di alam, apabila populasi Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci) ini meningkat, maka ekosistem karang akan hancur, karena mereka akan memakan polip-polip karang. Oleh karena itu, pemanfaatan organisme ini sangat penting, baik dalam segi pelestarian terumbu karang maupun untuk manfaat kesehatan sebagai obat autoimun. Hayooo, siapa yang tertarik untuk meneliti Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci) ini?

Daftar Pustaka

Achmad, M.J., Isnansetyo., Kasanah., Ustadi., dan Kamiso. 2014. Immunostimulatory Effect Of Fatty Acid From Starfish (Acanthaster planci) on Lymphocyte Proliferation In-Vitro. Squalen Bulletin of Marine & Fisheries Postharvest & Biotechnology. 9(3): 107-114

Anggraini, P.D., Susilowati., dan Wulandari. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap Jumlah Sel CD4+ pada Mencit (Mus musculus) Model Rheumatoid Artitis. Universitas Negeri Malang. Program Studi Biologi

Iswanti, D.A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksan, Fraksi Etil Asetat, Dan Fraksi Etanol 96% Daun Ekor Kucing (Acalypha Hispida Burm. F) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusatcc 25923 Secara Dilusi. [Skripsi] Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta

Kayal M, Vercelloni J, Lison de Loma T, Bosserelle P, Chancerelle Y, Geoffroy S, et al. 2012. Predator Crown-of-Thorns Starfish (Acanthaster planci) Outbreak, Mass Mortality of Corals, and Cascading Effects on Reef Fish and Benthic Communities. PLoS ONE. 7(10): e47363. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0047363

Mah, C.L. 2019. World Asteroidea Database. Acanthaster planci (Linnaeus, 1758). Accessed through: World Register of Marine Species at: http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=213289 on 2019-03-01

Purwaningsih. 2013. Telomere Dysfunction in Autoimmunoe Disease. Jurnal Kedokteran Yarsi. 21(1): 41-49

Setyastuti, A. 2009. Biologi dan Ekologi Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci). Jurnal Oseana. 34(4): 17-24

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan. Surabaya: Penerbit Putra Media Nusantara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *