SIC Episode 30: Terumbu Karang Sebagai Perekam Gempa Bumi Alami

Dr Danny Hilman, seorang peneliti kegempaan purba dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI mencoba menganalisa terumbu karang yang berada di sepanjang pulau-pulau sisi barat pulau Sumatera. Menurutnya, Terumbu Karang dapat merekam segala aktifitas, kebiasaan atau perilaku gempa bumi di masa lalu. Dengan melihat keberadaan terumbu karang, akan diketahui catatan rekaman gempa bumi yang telah terjadi dan dengan harapan untuk mengetahui atau menemukan pola yang dapat digunakan untuk menduga perilaku gempa bumi di masa mendatang.

Terumbu karang terutama Genus Porites memiliki kemampuan untuk mencatat kejadian gempa bumi di masa lalu dikarenakan gempa bumi mengangkat terumbu karang tersebut ke atas permukaan atau justru menenggelamkan lebih jauh ke dalam air laut. Pertumbuhan vertikal Porites dibatasi oleh permukaan air laut. Jika telah mencapai permukaan air laut, terumbu karang ini hanya mampu tumbuh ke arah samping. Bila terjadi gempa yang menyebabkan bagian kerak bumi terangkat, dan jika bagian itu terdapat terumbu karang, maka terumbu karang tersebut akan ikut terangkat. Jika terumbu karang tersebut genus Porites, bagian yang terangkat di atas permukaan air laut akan berhenti tumbuh dan mati. Akan tetapi bagian yang masih terendam air laut akan terus tumbuh ke arah samping. Dengan demikian setelah beberapa puluh tahun setelah kejadian gempa bumi akan mendapati koral tersebut berbentuk seperti topi koboi, tinggi di bagian tengah dan lebih rendah di bagian pinggirnya. Akan tetapi jika gempa bumi menenggelamkan Porites, porites baru akan tumbuh menutupi semua permukaan yang tenggelam termasuk menutupi bagian yang semula sudah mati. Jika diiris tubuh porites tersebut, akan didapati garis batas yang jelas antara porites yang sedang tumbuh dengan bagian yang telah lama mati.

Sumber. bobo.grid.id

Jika diambil contoh dari batas itu dan menentukan umur dengan menggunakan metode radioaktif, maka kita dapat mengetahui waktu terjadinya gempa bumi, baik yang telah mengangkat maupun yang telah menenggelamkan daratan. Jika gempa bumi berulangkali mengangkat dan menurunkan Porites, banyak sekali garis batas pertumbuhan yang akan ditemukan. Semakin banyak garis batas yang ditemukan semakin banyak informasi yang diperoleh tentang rekaman gempa bumi. Dengan demikian akan semakin banyak pula pemahaman tentang perilaku gempa bumi di wilayah tersebut di masa lalu. Berbagai metode untuk mempelajari gempa bumi telah dicoba dan dilakukan, baik sebelum maupun sesudah terjadi gempa bumi, mulai dari perubahan medan elektromagnet di udara sampai perilaku hewan. Salah satu ilmu untuk mempelajari kebiasaan atau perilaku gempa bumi adalah melalui terumbu karang yang bisa dianggap sebagai perekam gempa bumi alami.

Sumber:

coremap.oseanografi.lipi.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *