SIC EPISODE 57: Biorock, Teknologi yang Menyelamatkan Karang

Hallo Mariners! Gimana nihh kabar kalian? Sehat selalu yaa di masa pandemi seperti ini. Kalian pasti tau kan kalau Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan segi tiga terumbu karang dunia, menjadikan Indonesia sebagai pusat keanekaragaman terumbu karang dunia dengan luas karang Indonesia yang mencapai 2,5 juta hektar. Diketahui sebanyak 569 jenis karang dari 82 genus ditemukan di Indonesia, jumlah tersebut mewakili 67% dari 845 total spesies karang dunia. Tapi sayangnya di Indonesia saat ini rata-rata kondisi terumbu karang yang masih berada pada kondisi sangat baik hanya sekitar 6,39% dan pada kondisi baik sekitar 23,4%. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini kondisi terumbu karang Indonesia mulai terancam.

Sayang banget bukan terumbu karang yang indah ini perlahan mulai rusak. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya konservasi untuk menjaga keberadaan terumbu karang di Indonesia. Salah satu upaya konservasi yang mulai banyak dilakukan untuk menyelamatkan terumbu karang adalah dengan teknologi biorock. Kalian pernah dengar gak sih biorock itu apa? Biorock merupakan teknologi yang memanfaatkan arus listrik yang biasanya didapat dari panel surya untuk menumbuhkan dan memperbaiki struktur laut di skala apapun secara cepat. Teknologi ini diinisiasi oleh Profesor Wolf Hillbertz yang kemudian dikembangkan kembali oleh beliau dan Dr. Tom Goreau.

Wahh hebat bangett kan bisa memulihkan terumbu karang dengan cepat, yukk kita kenalan sama cara kerja biorock ini. Biorock ini memiliki struktur yang dibentuk dari besi yang ditenggelamkan ke dasar laut kemudian dialiri listrik tegangan rendah (2-4volt) yang aman bagi organisme dan penyelam juga loh. Biorock ini bekerja menggunakan proses elektrolisis air laut, yaitu dengan meletakkan dua elektroda di dasar laut. Reaksi elektrolitik ini kemudian mendorong pembentukan mineral di struktur katoda, seperti kalsium karbonat dan magnesium hidroksida. Kedua mineral tersebut merupakan struktur dasar dari terumbu karang, akibatnya bibit karang yang ditempelkan pada struktur besi tersebut akan tumbuh 2 hingga 10 kali lebih cepat.

Sebentar sebentar bukankah tadi dibilang materialnya adalah besi? Bukankah besi terkena air laut bakal korosi? Eitss tenang, besi yang biasanya berkarat ini untuk pertama kali tidak berkarat menjadi merah namun dapat berubah dengan cepat menjadi abu-abu dan hitam. Strukturnya akan berubah menjadi putih karena mineral batu kapur yang secara alami larut dalam air laut tumbuh di atas permukaan. Fenomena ini kemudian menghasilkan lapisan batuan keras yang terus tumbuh. Seiring berjalannya waktu, besi ini juga akan semakin kuat. Apabila terjadi kerusakan, maka dapat diperbaiki secara alami.

Bahkan, di Indonesia sendiri telah melakukan upaya rehabilitasi terumbu karang dengan teknologi ini sejak tahun 2000, yaitu di daerah Pemuteran, Bali. Biorock di Pemuteran, Bali ini juga yang memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi dari 19 negara lain yang juga menerapkan metode biorock ini. Oleh karena itu, biorock di bali ini telah 5 kali meraih penghargaan baik lokal maupun internasional. Dengan keberhasilan penerapan biorock di daerah Pemuteran, Bali ini dapat menjadi tolak ukur bagi rehabilitasi situs-situs terumbu karang lain di seluruh Indonesia.

Sayangnya teknologi biorock ini masih dalam masa paten dan masih sedikit diterapkan sehingga biayanya relatif mahal. Rata-rata suatu struktur biorock memerlukan biaya perawatan sekitar 5 juta per bulan. Untuk ke depan, diharapkan biorock dapat menjadi teknologi tepat guna yang bebas diterapkan oleh masyarakat pesisir untuk melestarikan terumbu karang mereka.

Sumber:

Ari Spenhoff. 2010. The Biorock Process: Picturing reef building with electricity. Global Coral Reef Alliance dan Sun & Sea e. V., Cambridge: 1—20.

Biorock: Teknologi Untuk Menyelamatkan Karang | Biorock Indonesia (biorock-indonesia.com) diakses selasa, 15 maret 2022.

Global Coral Reef Alliance. 2014. Biorock. Technology: Cost-effective solutions to major marine resource management problems including construction and repair, shore protection, ecological restoration, sustainable aquaculture, and climate change adaptation. Global Coral Reef Alliance, Cambridge: 1—19.

Siahaan, S. B., Purnomo, P. W., & Sulardiono, B. (2018). Aplikasi Biorock Terhadap Kelangsungan Hidup Transplantasi Karang dan Keanekaragaman Ikan di Pulau Karimunjawa. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 7(1), 164-170.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *