
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas daerah lautan yang lebih tinggi daripada daerah daratanya, yakni sekitar 70% luas negara. Indonesia juga merupakan negara yang terletak di daerah garis katulistiwa, dimana pada daerah ini akan mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahunnya. Dengan melihat kondisi tersebut, Indonesia diprediksi memiliki potensi yang besar akan energi panas laut, dimana energi panas laut ini dapat dikonversikan menjadi energi listrik.
Energi panas laut merupakan salah satu energi terbarukan ramah lingkungan yang berpotensi untuk menghasilkan energi listrik dengan jumlah yang besar. Energi matahari yang diserap oleh lautan setara dengan 4000 kali jumlah energi matahari yang dikonsumi oleh manusia. Hanan (2015) dalam Aprilia et al. (2019) menuliskan bahwa berdasarkan ASELI (Asosiasi Energi Laut Indonesia) Indonesia memiliki potensi energi panas laut secara teoritis sebesar 57 GW, secara teknis sebesar 52 GW, dan secara praktis sebesar 43 GW. Melihat data tersebut, potensi energi panas laut secara praktis tergolong cukup besar, hal ini mengartikan bahwa adanya potensi yang besar energi panas laut untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik.
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) merupakan suatu metode pemanfaatan energi panas laut dengan menggunakan perbedaan temperature antara temperature laut dalam dengan temperature dekat permukaan laut untuk menggerakan generator yang nantinya akan menghasilkan listrik sebagai produk utamanya. Semakin dekat suatu perairan dengan daerah ekuator, maka perbedaan temperature antara laut dalam dengan perairan permukaan umumnya akan semakin besar.Sistem kerja OTEC memiliki kemiripan dengan mesin uap, yakni dengan mengevaporasi dan mengkondensasi fluida yang akan menghasilkan perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan inilah yang akan menggerakan turbin sehingga menghasilkan listrik.
Berdasarkan siklusnya, OTEC dibagi menjadi 3 yakni:
- Siklus Terbuka
OTEC siklus terbuka menggunakan air permukaan bersuhu hangat yang digunakan secara langsung untuk menghasilkan energi listrik. Air laut bersuhu hangat dididihkan dengan cara menempatkannya pada suatu wadah bertekanan rendah. Uap air yang timbul dari proses tersebut kemudian digunakan untuk menggerakan turbin bertekanan rendah yang terletak pada generator listrik. Uap air tersebut kemudian akan terkondensasi menjadi cairan kembali oleh paparan suhu air laut dalam. Uap air yang dihasilkan oleh siklus ini merupakan air yang sudah bebas dari garam dan senyawa kontaminan lainnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai air minum dan irigasi.
2. Siklus Tertutup
Pada OTEC siklus tertutup, digunakan fluida dengan titik didih rendah seperti ammonia untuk menggerakan turbin dan menghasilkan listrik. Air laut permukaan yang bersuhu hangat dipompakan melalui evaporator untuk mendidihkan fluida. Uap fluida yang tercipta kemudian digunakan untuk menggerakan turbin pada generator listrik. Air laut dalam bersuhu tinggi kemudian dipompakan melalui kondensor untuk mengkondensasi fluida sehingga menjadi cair kembali, yang kemudian didaur ulang melalui sistem.
3. Siklus Hybrid
OTEC siklus hybrid merupakan siklus OTEC yang menggabungkan sistem kerja dari siklus terbuka dan tertutup. Air laut permukaan bersuhu hangat diuapkan dengan cara memasukannya ke suatu wadah vakum. Uap yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan fluida dan kemudian uap fluida tersebut digunakan untuk menggerakan turbin. Selanjutnya, uap air dikondensasi menjadi cair kembali dengan menggunakan paparan air laut dalam.
Penggunaan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari penggunaan OTEC yakni
- Tidak menghasilkan limbah dan gas rumah kaca yang tidak ramah terhadap lingkungan
- Tidak membutuhkan bahan bakar
- Biaya operasi yang relative murah
- Hasil produksi listrik yang stabil
- Dapat dipadukan dengan fungsi lain, contohnya produksi air minum, ekstraksi mineral dan lain-lain.
Adapun kelemahan dari penggunaan OTEC yakni:
- Masih rendahnya efisiensi total
- Belum terdapatnya analisa mengenai dampak lingkungan secara keseluruhan
- Biaya pembangunan yang relative mahal
- Berpotensi mengalami kebocoran fluida yang berbahaya bagi lingkungan (Ammonia).
Sumber:
Aprilia, E., A. Aini, Z. Ayu Frakusya, dan Agus Safril. 2019. Potensi Panas Laut sebagai Energi Baru Terbarukan di Perairan Papua Barat dengan Metode Ocean Thermal Energy Coversion (OTEC). Jurnal Meterologi Klimatologi dan Geofisika, 6(2):7-14
Mamahit, Calvin E. J. 2011. Pengembangan Konversi Energi Panas Laut. Elektromatika, 1(1): 55-64.